Sabtu, 24 Juli 2010

Konjungtivitis

Pengertian

Konjungtivitis merupakan peradangan yang mengenai lapisan tipis, transparan, mucus yang melapisi sclera dan palpebra bagian dalam. Biasanya pasien mengeluhkan matanya merah dan nyrocos (berair). Penyebab tersering yang menyebabkan konjungtivitis adalah virus dan bakteri.

Tanda dan Gejala

Pasien datang dengan keluhan matanya merah, berair, sakit, silau (tidak enak terkena cahaya), mengganjal, dan kalau pagi matanya lengket.

Gejala yang muncul adalah

1. Konjungtiva tampak hiperemis.

2. Adanya Conjungtival injection (pelebaran pembuluh darah dari limbus ke perifer (ada yang mengatakan dari perifer ke arah limbus) dengan bentuk berkelok-kelok, jka digerakkan ikut bergerak).

3. Gatal

4. Epifora (nyrocos/berair)

5. Fotofobia (silau terkena cahaya)à jarang

6. Palbebra bengkak

7. Ada sekret yang tampak jelas pada saat bagun tidur,bisa mucous (kuning kehijauan), jernih, lengket ataupun tidak lengket.

8. Ada sensasi mengganjal.

Penyebab

Penyebab konjungtivitis yang paling sering adalah virus dari jenis adenovirus. Sedangkanuntuk bakteri ada beberapa jenis,yaitu

1. Hiperakut/purulen : Neissheria gonorea dan Neissheria meningitidis

2. Akut – mukopurulen : Pneumokokus dan H. aegyptius

3. Sub akut : H. influenza

4. Kronik (blefarokonjungtivitis) : Staphylococcus aureus dan Moraxella lacunata.

Selain itu jika eksudat tampak non-purulen dan konjungtiva nampak hiperemis dan ada infiltrasi minimal biasanya merupakan penyerta penyakit sistemik seperti demam Q, tifus dll. Sedangkan jamur biasanya nampak adanya eksudat kronik dan beberapa jenis tertentu ada gambarangranulomatosa.

Pembagian Konjungtivitis

Secara garis besar konjungtivitis dibagi menjadi 4 berdasarkan penyebabnya, yaitu

1. Virus (adenovirus merupakan virus yang paling banyak menyebabkan konjungtivitis)

2. Bakteri (bakteri gram positif dan negatif bisa menyebabkan konjungtivitis)

3. Jamur (clamidia merupakan jenis yang paling sering)

4. Kimia/benda asing /alergi

Berdasarkan sekret yang keluar dibagi menjadi 4, yaitu

1. Mucoid èkonjungtivitis vernalis dan keratokonjuntivitis sika

2. Watery (serous + air mata) è infeksi virus dan inflamasi toksik

3. Purulen è infeksi bakteri akut yang berat

4. Mucopurulen è infeksi bakteri ringan dan klamidia

Berdasarakan waktunya maka konjungtivitis dibagi menjadi 4, yaitu

1. Aku

2. Subakut

3. Subkronis

4. Kronis

Evaluasi radang konjungtiva (konjungtivitis) yang perlu dilakuakn adalah

1. Jenis sekret. Untuk membedakan sekret mucoid dan purulen menggunakan cotton bad. Cotton bad ditaruh dieksudatnya,jika terserap berarti purulen, tetapi jika tidak terserap maka dinamakan mucoid.

2. Reaksi konjungtiva

3. Ada tidaknya membran atau pseudo membran

4. Limfadenopati preaurikular

Reaksi konjungtiva yang mungkin muncul antaralain :

1. Folikular

Berbentuk seperti vesikel atau bula yang dikelilingi pleh pembuluh darah yang merupakan hiperplasi dari jaringan limfoid. Umum ditemukan pada konjungtivitis yang disebabkan oleh virus, klamidia, S. paranoud, S. okuloglandular, dan hipersensitivitas obat topikal. Hanya ditemukan pada usia diatas 6 bulan karena berkaitan dengan ternentuknya jaringan limfoid pada manusia yaitu umur 3 bulan. Biasanya ditemukan di forniks konjungtiva superior ataupun inferior.

2. Papilar

Merupakan bentuk dari hiperplasi lapisan epitel konjungtiva yang mempunyai bentuk seperti bintik-bintik. Pembuluh darah masuk seperti glomerulus. Banyak ditemukan di konjungtiva palpebra superior dan sekitar limbus kornea. Biasanya ditemukan pda infeksi bakteri, blefaritis kronis, konjungtivitis vernalis, iritasi lensa kontak, keratokonjungtivitis limbik superior.

3. Membran

Eksudat inflamasi yang menempel dan meresap sampai lapisan superfisial yang mana jika dilepas maka eptilnya akan rusak dan berdarah. Biasanya disebabkan oleh infeksi Streptococcus B-hemolyticus dan diptheri.

4. Pseudomembran

Eksudat yang mengental yang melekat pada kinjungtiva yang memounyai bentuk seperti selaput putih. Jika dilepas tidak akan merusak epitel (epitelnya intak) dan tidak ada perdarahan. Keadaan yang sering menimbulkan pseudomembran yaitu infeksi adenovirus (infeksi berat), autoimun, dan infeksi gonorea.

5. Limfadenopati

Hipertrofi limfonodi preaurikular dan submandibular. Ketika ditekan akan terasa nyeri dan teraba seprti ada massa. Biasanya ditemukan pada infeksi virus, klamidia, dan gonorea berat.

A. Konjungtivitis bakteri

a. Sederhana

Disebabkan oleh staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae. Gambaran klinisnya yaitu

i. akut

ii. hiperemi

iii. sensasi benda asing, terbakar

iv. gatal

v. sekret mukopurulen

vi. bangun tidur mata lengket (hal yang paling sering dikeluhkan pasien)

vii. fotofobia jika kornea kut terlibat.

viii. Bilateral (walaupun tidak bersamaan).

Terapi yang mungkin diberikan adalah kloramfenikol (0,5 – 1 %) 6 kali/hari selama minimal 3 hari atau antibiotik spektrum luas seperti ciprofloxacin, ofloxacin (fluoroquinolon), gentamicin 0,3%, tobramicin, neomicin (aminoglikosida), erithromicin 0,5 % (macrolide) atau sulfacetamide.

b. Keratokonjungtivitis gonococcus

Biasanya disebabkan oleh Neisheria gonorea yang mana seringnya disertai dengan adanya infeksi di mukosa genital. Gambaran klinis yang tampak yaitu

i. Sekret purulen melimpah

ii. Kemosis berat (konjungtiva bengkak)

iii. Blefarospasme (mata menutup karena bengkak)

iv. Terdapat pseudomembran

v. Ditemukan pembesaran limfadenopati preaurikula.

Perencanaan penanganan yang dapat dilakukan adalah rawat inap agara dapat lebih mudah dimonitor perjalanan penyakitnya. Untuk memastikan antibiotik yang tepat dilakukan kultur sekret. Pada waktu pengambian sekret tenaga medis harus memakai kacamata khusus dan sarung tangan karena patogen ini sangat menular.

Teapi yang bisa diberikan yaitu antibiotik yang sesuai dengan uji sensitivitas kultur, tetapi untuk pertolongan pertama bisa diberikan adalaha ciprofloxacin, ofloxacin, sulfacetamide, atau trimetropim. Jangan diberikan antibiotil golongan aminoglikosida karena merusak epitel dan menghambat penyembuhan.

B. Konjungtivitis virus

Ada beberapa virus yang menyebabkan konjungtivitis antara lain adenovirus (paling banyak) dan enterovirus. Konjungtivitis yang disebabkan oleh adenovirus biasanya juga disertai dengan sakit di tempat lain atau sudah menyebar.

i. Konjungtivitis adenovirus dibagi menjadi 2 menurut penyebabnya

1. Keratokonjungtivitis epidemika

Disebabkan oleh adenovirus tipe 8 dan 19. Karakteristik infeksi virus ini adalah adanya limfadenopati yang disertai nyeri tekan, nyrocos (berair), fotofobia,akut hiperemis, dan adana rasa tidak nyaman yang dikeluhkan pasien. Sebanyak 60% dari pasien ini akan disertai dengan edem palpebra, reaksi folikular, dan adanya gambaran bercak-bercak keputihan di kornea. Komplikasi yang mungkin muncul antara lain 80% pasien akan mengalami keratitis, pada kasus yang berat akan menimbulkan perdarahan subkonjungtival karena adanya eksudat yang sangat banyak sehingga sel darah merah ikut ekstravasasi, timbul pseudomembran, dan kemosis. Jika pasien memiliki status gizi yang baik maka akan terjadi perbaikan spontan dalam waktu 2 minggu. Jika pasien mengeluhkan reaksi inflamasinya maka dapat diberikan steroid dengan syarat tidak ada perlukaan kornea dan tidak ada herpes simpleks.

2. Demam faringokonjungtivitis

Penyebabnya adalah adenovirus tipe 3 dan 7 . yang membedakan dari kerarokonjungtivitis epidemika adalah tidak ada nyeri tekan pada limfadenopati preaurikular. Tiga tanda kardinal untuk demam faringokonjungtivitis adalah konjungtivitis,faringitis, demam.

ii. Konjungtivitis Hemoragik Akut

Disebabkan oleh golongan enterovirus-70 dari golongan pikornavirus RNA. Gambaran klinis yang ditemukan adalah bilateral, nyrocos, folikel pada palpebra, dan perdarahan subkonjungtiva. Infeksi ini mempunyai faktor risiko pada komunitas kumuh, ekonomi rendah, higienitas rendah.

iii. Konjungtivits moluscum contagiosum

Dimulai dari adanya nodel moluscum di margo palpebralis yang mana akan menyebar menjadi konjungtivitis folikular dan bisa meluas lagi samapi kornea seingga bisa menggagu penglihatan.

C. Konjungtivitis klamidia

D. Konjungtivitis alergi­­

E. Konungtivitis neonatal

F. Konjungtivitis autoimun

G. Konungtivitis kimiawi

Pencegahan

higiene yang baik dapat membantu mencegah penyebaran konjungtivitis:

· Ubah sarung bantal sering.

· Jangan berbagi kosmetik mata.

· Jangan berbagi handuk atau saputangan.

· Menangani dan lensa kontak bersih benar.

· Jauhkan tangan dari mata.

· Ganti mata kosmetik secara teratur.

· Cuci tangan sering.

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Mata merupakan salah satu organ yang sangat penting bagi manusia, karena melalui mata manusa dapat mengetahui segala visualisasi dunia. Sebelum membahas lebih lanjut tentang penyakit yang menyerang mata,akan sangat membantu jika mengetahui tentang anatomi dan fisiologi mata.

Beberapa hal yang perlu diketahui tentang mata antara lain

1. Bola mata

2. Orbita

3. Adneksa (alat tambahan)

4. Jalur visual

I. Bola Mata

Bola mata tersusun oleh

a. Dinding bola mata terdiri dari

i. Tunika fibrosa

1. Kornea

2. Sklera

ii. Tunika vaskulosa

1. Iris

2. Badan siliar

3. Koroid

iii. Tunika nervosa

1. Retina

2. Epitel pigmen

b. Ruangan mata

i. Kamera okuli anterior (COA)

ii. Kamera okuli posterior (COP)

iii. Ruang Badan kaca (vitreous) è paling luas

c. Isi bola mata

i. Humor aquos yang terletak di COA dan COP

ii. Badan lirkaca (korpus vitreous) yang terletak di ruang badan kaca

iii. Lensa kristalina yang terletak di antara ruang badan kaca dan COP

TUNIKA FIBROSA

Tunika fibrosa disusun oleh 2 bangunan utama yaitu kornea yang jernih dan sklera yang putih. Perbatasan kornea dan sklera disebut limbus.

a. KORNEA

Kornea merupakan bangunan jernih yang berbentuk sferis dan avaskular. Bagian tengahnya lebih cembung daripada bagian pinggirnya. Kornea mempunyai diameter horizontal 12 mm dan vertikal 11 mm. bagian 1/3 tengah merupakan zona optik yang lebih cembung daripada bagian pinggirnya sehingga dapat menghilangkan aberasi sferis. Kornea mempunyai indeks bias 43 dioptri yang mana sama dengan indeks bias air. Jika kornea mengalami edema maka kornea akan mengalami disfungsi seperti prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga tampak halo (lingkaran berwarna-warni mengelilingi sumber cahaya).

Beberapa faktor yang menyebabkan kornea menjadi jernih adalah

a. Letak epitel yang teratur

b. Serat kolagen yangsangat teratur

c. Kadar air yang konstan

d. Avaskuler, sifat ini sangat penting dalam transplantasi kornea,tanpa adanya vaskularisasi tidak akan terjadi penolakan oleh resipien.

Kornea sendiri tersusun oleh 5 lapisan,yaitu

a. Epitel yang terdiri dari 6 lapis,sangt halus,tidak ada lapisan tanduk, peka terhadap trauma kecil.

b. Membrana Bowman merupakan lapisan jaringan ikat fibrosa yang tipis.

c. Stroma merupakan lapisan yang paling tebal yang tersusun dari serabut kolagen yang teratur sehingga avaskuler dan jernih.

d. Membrana descement merupakan lapisan elastika posterior.

e. Endotel terdiri dari 1 lapisan yang tidak bisa beregenerasi, sehingga jika terjadi kerusakan pada endotel maka endotel sampingnya kan mengalami hiperplasi (membesar). Endotel mempunyai peranan yang penting dalam transport air dari kornea ke kamera okuli anterior dengan tenaga yaitu dengan Na-K-ATPase.

Kornea menerima makan dari 3 sumber yaitu

a. Air mata (oksigen)

b. Humor aquos

c. Pembuluh darah limbus

b. SKLERA

Kornea akan berlanjut ke belakang menjadi sklera. Sklera merupakan lapisan yang paling keras dari bola mata. Berwarna putih karena susunan jaringan ikat fibrosanya tidak teratur dan padat.

Sklera mempunai 2 foramen utama,yaitu

a. Foramen skleralis anterior yang merupakan tempat melekatnya kornea pada sklera (seperti kaca arloji yang melekat pada bingkainya).

b. Foramen skleralis posterior tempat keluarnya nervus optikus.

selain kedua lubang tersebut, sklera ditembus oleh beberapa kana yang dilalui oleh vasa dan syaraf yang masuk bola mata.

KATARAK

KATARAK

Definisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lenca), denaturasi protein lensa terjadi akibatkedua-duanya.1

Umumnya katarak merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.1

Etiologi

Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata.1 Katarak disebabkan oleh berbagai faktor, seperti :

Penyebab sistemik :

· Faktor keturunan.

· Masalah kesehatan, misalnya diabetes.

· Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid dan klorpromazin.

· Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.

· Operasi mata sebelumnya.

· Sindrome sistemik (down, lowe)

· Dermatitis atopik

· Trauma (kecelakaan) pada mata.

· Kadar kalsium yang rendah.2

Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :

1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa.

2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.

3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.2

Klasifikasi

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

§ Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun

§ Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas1 tahun dan di bawah 40 tahun.

§ Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.1

Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama bila penenganannya kurang tepat.1

· Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah:

- penyakit metabolik yang diturunkan

- riwayat katarak dalam keluarga

- infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan. 3

Bentuk katarak kongenital yang di kenal adalah :

· Katarak polar (piramidalis) anterior

Terjadi akibat gangguan perkembangan lensa pada saat mulai terbentuk plakoda lensa.

· Katarak polar (piramidalis) posteriornya

Terjadi akibat arteri hialoid yang menetap (persisten) pada saat tidak dibutuhkan lagi oleh lensa metabolismenya.

· Katarak lamelar atau zonular

Terjadi akibat gangguan perkembangan serat.

· Katarak sental.

Katarak halus yang terlihat pada bagian nukleus embrional.1

Katarak Juvenil1

Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan dari katarak kongenitalis serta merupakan penyulit penyakit sistemik atau metabolik dan penyakit lainnya, seperti :

1. Katarak metabolik

· Katarak diabetik dan galaktosemik

· Katarak hipokalsemik

· Katarak defisiensi gizi

· Katarak amino asiduria (sindrom lowe dan homosisteinuria)

· Penyakit wilson

· Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain

2. Otot : distrofi miotonik (usia 20-30 tahun)

3. Katarak traumatik

4. Katarak komplikata

· Kelainan kongenital dan herediter

· Katarak degeneratif

· Katarak anoksik

· Toksik

· Katarak radiasi

KATARAK SENILIS1,4

Semua kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebab nya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun banyak kasus katarak senilis yang ditemukan berkaitan dengan faktor keturunan, maka riwayat penyakit keluarga perlu di tanyakan.

Epidemiologi

Sampai saat ini katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak ditemukan, sampai 90% dari seluruh kasus katarak.

Stadium

Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:

1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal)

Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien

Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi

2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder

3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imaturtidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.

4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.

Berdasarkan lokasi, katarak senilis dapat dibagi menjadi :

1. Nuclear sclerosis, merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru

2. Kortical, terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior

3. Posterior subcapsular, merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi, dan trauma. 4,5

Patofisiologi7

Patofisiologi terjadinya katarak senilis cukup rumit dan belum sepenuhnya dipahami. Namun kemungkinan, patogenesis penyakit ini melibatkan banyak faktor. Semakin bertambah usia lensa, maka akan semakin tebal dan berat sementara daya akomodasinya semakin melemah. Ketika lapisan kortikal bertambah dalam pola yang konsentris, nukleus sentral tertekan dan mengeras, disebut nuklear sklerosis.

Ada banyak mekanisme yang memberi kontribusi dalam progresifitas kekeruhan lensa. Epitel lensa berubah seiring bertambahnya usia, terutama dalam hal penurunan densitas (kepadatan) sel epitelial dan penyimpangan diferensiasi sel serat lensa (lens fiber cells). Walaupun epitel lensa yang mengalami katarak menunjukkan angka kematian apoptotik yang rendah, akumulasi akumulasi dari serpihan-serpihan kecil epitelial dapat menyebabkan gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis dan akhirnya mengakibatkan hilangnya kejernihan lensa. Lebih jauh lagi, dengan bertambahnya usia lensa, penurunan rasio air dan mungkin metabolit larut air dengan berat molekul rendah dapat memasuki sel pada nukleus lensa melalui epitelium dan korteks yang terjadi dengan penurunan transport air, nutrien dan antioksidan. Kemudian, kerusakan oksidatif pada lensa akibat pertambahan usia mengarahkan pada terjadinya katarak senilis. Mekanisme lainnya yang terlibat adalah konversi sitoplasmik lensa dengan berat molekul rendah yang larut air menjadi agregat berat molekul tinggi larut air, fase tak larut air dan matriks protein membran tak larut air. Hasil perubahan protein menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi lensa, menyebarkan jaras-jaras cahaya dan menurunkan kejernihan. Area lain yang sedang diteliti meliputi peran dari nutrisi pada perkembangan katarak secara khusus keterlibatan dari glukosa dan mineral serta vitamin.

Gejala Klinis8

Gejala Subyektif:

1. Penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif.

2. Visus mudur yang derajatnya tergantung lokalisasi dan tebal tipisnya kekeruhan, Bila :Kekeruhan tipis,kemunduran visus sedikit atau sebaliknya. dan kekeruhan terletak diequator, tak ada keluhan apa-apa.

3. Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.

4. Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang disebabkan oleh karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat penderita akan menyebabkan silau.

5. Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopi, hal ini terjadi karena proses pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan refraksi power mata meningkat, akibatnya bayangan jatuh dimuka retina.

Gejala Obyektif:

1. Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi.

2. Jika mata diberi sinar dari samping: Lensa tampak keruh keabuan atau keputihan dengan latar hitam

3. Pada fundus reflex dengan opthalmoskop: kekeruhasn tersebut tampak hitam dengan latar oranye. dan pada stadium matur hanya didapatkan warna putih atau tampak kehitaman tanpa latar orange, hal ini menunjukkan bahwa lensa sudah keruh seluruhnya.

4. Kamera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut kamera anterior menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat, akibatnya terjadi glaukoma.

Penatalaksanaan

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak. Penelitian meununjukan, penggunaan Aldose reductase inhibitors, yang dipercaya dapat menghambat konversi glukosa mejadi sorbitol menujukkan hasil yang memuaskan. Obat-obatan lain yang sedang diteliti yaitu sorbitol-lowering agents, aspirin, glutathione-raising agents, dan anti oksidan ,vitamin C dan E

Pembedahan

Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.
1. Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
A.) ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK
Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.
Untuk memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yang kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi). Termasuk kedalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder

B.) ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK: ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. lensa beserta kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.

Fakoemulsifikasi

Untuk mencegah astigmatisme pasca bedah EKE, maka luka dapat diperkecil dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan ini lensa yang katarak di fragmentasi dan diaspirasi. Tindakan operasi katarak dengan Teknik Fakoemulsifikasi memiliki banyak keunggulan diantaranya :

1. Luka operasi sangat pendek(3 ml).

2. Dengan alat fako seluruh lensa dapat dihancurkan dan kemudian disedot/dihisap keluar.

3. Penggunaan lensa tanam hanya cukup ditutup dengan 1 atau 2 jahitan, atau pada kondisi tertentu tidak memerlukan jahitan sama sekali.

4. Masa penyembuhan lebih singkat.

Persiapan preoperasi

1. Uji Anel Positif, dimana tidak terjadi obstruksi fungsi ekskresi saluran lakrimal sehingga tidak ada dakriosistitis.

2. Tidak ada infeksi diesekitar mata seperti keraitis, konjungtivitis, blefaritis, hordeolum dan kalazion

3. Tekanan bola mata normal dan tidak ada glaukoma

4. Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 100mmHg.

5. Gula darah telah terkontrol.

6. Tidak batuk terutama pada saat pembedahan.

Komplikasi pasca operasi

1. Hilangnya vitreous, jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi, maka gel vitreous mauk kedalam bilik anterior yang merupakan resiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retina.

2. Prolaps iris

3. Endoftalmitis

4. Astigmatisme pascaoperasi.

Pencegahan :
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapatdijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan:

· Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah

· Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur

· Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya

4. PERAWATAN PASIEN POST-OPERASI

· Muka dan wajah tidak boleh disiram dengan air, untuk membersihkan muka dan wajah cukup dibersihkan dengan handuk bersih yang sudah dibasahi.

· Tidak boleh bekerja berat/mengangkat beban yang berat selama lebih kurang satu bulan.

· Mata yang baru dioperasi tidak boleh digosok-gosok atau “diucek-ucek“ walaupun terasa gatal atau mengganjal.

· Setiap akan meneteskan obat atau salep tangan harus bersih, sebaiknya tangan dicuci lebih dahulu, dan pengobatan dilakukan oleh orang lain bukan oleh penderita sendiri.

· Selama lebih kurang satu minggu mata akan ditutup dengan kain kasa, kemudian diganti dengan tutup dari alumunium dan harus selalu dipakai selama dua minggu dan setiap pagi dan sore plester harus selalu diganti.

· Setiap kali mengobati, apabila pada mata ada kotorannya, maka harus dibersihkan dahulu dengan kapas basah yang sudah diberi aquades dan betadine.

· Obat diminum dengan aturan-aturan, sebagai berikut;

Pemberian obat tetes atau salep;

1. PAGI : Jam 06.00 – Botol tutup merah 2 tetes (Midriasil/Tropin)

Jam 06.15 -- Botol tutup Putih 2 tetes (Xitrol/Dexatonl/Mycos)

-- Salep mata (khloramfenikol/Mycos)

2. SIANG : Jam 09.00, 12.00, 15.00, 18.00

Botol tutup Putih 2 tetes (Xitrol/Dexatonl/Mycos)

3. MALAM : Jam 20.00 – Botol tutup merah 2 tetes (Midriasil/Tropin)

Jam 20.15 -- Botol tutup Putih 2 tetes (Xitrol/Dexatonl/Mycos)

-- Salep mata (khloramfenikol/Mycos)

· Hal-hal yang perlu menjadi perhatian;

· Setiap kali melakukan pengobatan, tutup kasa/aluminium dibuka plesternya, kemudian ditutup lagi

· Harus control sesuai waktu yang dianjurkan.